Hari Minggu lalu saya beli buku komik Tintin di Amerika untuk keponakan. Iseng-iseng saya baca beberapa halaman untuk membandingkan terjemahannya dengan koleksi saya yang versi bahasa Inggris. Lumayan kaget juga waktu melihat penulis teksnya menggunakan singkatan seperti dlm, yg, unt, tdk. Buku yang saya pegang adalah terbitan Gramedia cetakan kelima (Januari 2012). Sungguh sayang komik sekelas Tintin menggunakan singkatan-singkatan seperti itu, apalagi buku tersebut diterbitkan oleh penerbit sekelas Gramedia. Menurut hemat saya, hal ini tidak mendidik anak-anak sebagai pembaca buku tersebut. Saya sudah cukup pusing membaca sms keponakan saya yang sering menggunakan singkatan (yang jelas tidak sesuai kayadah EYD), apalagi ejaan juga sering salah (padahal sudah kelas 3 SD). Saya sempat menduga, apa mungkin singkatan-singkatan tersebut sengaja dipakai untuk menghemat tempat karena ukuran komiknya lebih kecil dari terbitan Indira dulu. Apabila ini alasannya, sungguh sayang. Penghematan kertas seharusnya tidak mengorbankan pendidikan anak-anak.
Waktu saya duduk di bangku SMP dulu, guru Bahasa Inggris saya mengingatkan agar jangan suka mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Beliau menggunakan contoh yang masih saya ingat sampai sekarang, yaitu singkatan TVRI. Kebanyakan orang (termasuk saya waktu itu) mengucapkannya: ti-vi-er-i. Itu salah karena ti-vi adalah pengucapapan TV dalam bahasa Inggris. Kalau mau semua bahasa Inggris, harusnya diucapkan ti-vi-ar-ai. Sejak itu saya selalu mengucapkannya te-ve-er-i.
Sekarang di TV banyak reporter yang wajahnya cakep dan berpendidikan tinggi (saya rasa mereka minimal lulusan S1), tapi bahasa Indonesia mereka tidak bagus. [Meskipun bahasa Inggris mereka jago.] Mereka sering membaca berita dengan menabrak titik, atau menaikkan nada (seakan-akan ada koma di situ) meskipun itu akhir dari kalimat. Yang paling bikin risih adalah penggunakan kata Cina dalam bahasa Inggris. Mereka mengucapkannya 'Caina', meskipun mereka sedang membawakan berita dalam bahasa Indonesia. Saya pikir mungkin alasannya karena ada perubahan makna [peyorasi] dari kata 'Cina', tapi tetap saja risih mendengarnya karena saya selalu ingat kata-kata guru Bahasa Inggris waktu SMP dulu.
Kadang saya suka nonton film Perancis dan saya angkat topi -meski saya jarang sekali pakai topi- karena mereka mengucapkan DVD seperti ini : de-ve-de; karena di Bahasa Perancis pengucapannya memang harusnya juga seperti itu. Di Indonesia hampir semua orang mengucapkannya di-vi-di.
moved from http://my.opera.com/tulipe-noire/blog/2012/02/18/tintin-singkatan-dan-bahasa-indonesia
No comments:
Post a Comment